Jumat, 12 Maret 2010

trEnd TANAMAN GEloMBANG cINTA yang mEmudar...

Diposting oleh NitA blogs di 03.33 0 komentar
Sepekan yang lalu, kita pasti tidak asing dengan nama ’Gelombang Cinta’, tanaman yang terkenal dan banyak dibeli oleh masyarakat. Hampir disemua kalangan berminat dan tertarik memilikinya. Padahal jika dilihat, tidak ada sesuatu yang spesial pada tanaman tersebut. Akan tetapi daya jualnya yang tinggi, tidak mempengaruhi masyarakat untuk tidak membelinya, sebaliknya banyak yang mencari untuk memilikinya.
Nama aslinya Anthurim, Wave of Lofe Variet yang biasa disebut dengan gelombang cinta. Nama anthurium berasal dari bahasa Yunani, yang artinya bunga ekor. Berdasarkan literatur, diketahui bahwa sumber genetik anthurium berasal dari Benua Amerika yang beriklim tropis, khususnya di Peru, Kolumbia, dan Amerika Latin. Pengembangan anthurium relatif berhasil di daerah yang beriklim subtropis, antara lain Belanda.
Tanaman gelombang cinta yang terkenal mulai dari tahun 2004 ini, jika dilihat dari bentuk tanamannya sama dengan tanaman – tanaman hias lainnya. Bahkan tidak begitu menarik, hanya berdaun saja, tidak berbunga, dan tidak mempunyai manfaat yang bisa digunakan. Akan tetapi orang – orang tertarik membelinya, apabila daunnya lebih besar harganya pun akan semakin tinggi. Bahkan biji tanaman ini juga laku terjual. Padahal bentuknya kalah menarik dibanding dengan tanaman hias lain seperti, anggrek bulan, kamboja dsb. Harga tanaman gelombang cinta sangat mahal, dari tanaman yang kecil harganya enam puluh ribuan sampai tanaman yang besar bisa sampai jutaan rupiah. Padahal harga sebelumnya, yang kecil berharga lima belas ribuan dan yang besar sekitar dua ratus ribuan. Tanaman ini adalah tanaman dengan melihat keindahan daunnya. Terutama jenis tanaman Gelombang Cinta yang berbatang hitam yang punya postur tubuh tegak, besar, dan daunnya agak keras yang bernama Geombang Cinta Mawar Giant. Kemudian disusul oleh Gelombang Cinta Ukeri Batang Merah.
Ketenaran tanaman hias gelombang cinta karena seringnya terlihat kegiatan pameran yang berlangsung dikota – kota besar, sehingga banyak media yang memuat tentang tanaman hias tersebut, membuat orang yang sebelumya tidak mengenal menjadi tahu. Selain itu banyak tulisan tentang gelombang cinta di majalah trubus dan juga di majalah - majalah pertanian lainnya, sehingga banyak orang mencarinya. Ada anggapan bahwa dulunya tanaman ini hanya tenar dikalangan elit tertentu yang kemudian diperkenalkan kepada masyarakat, sebagai simbol tanaman mahal dan langka. Ada mitos, bahwa tanaman gelombang cinta dapat melanggengkan hubungan pernikahan dan menambah keuntungan bagi pemiliknya. Entah dari mana anggapan itu, yang jelas banyak orang yang mencari dan membelinya dengan harga mahal karena anggapan tanaman itu langka dan berasal dari luar negeri. Faktor utama lain adalah adanya spekulasi bagi para pembelinya, ketika tanaman semakin membesar maka harga tanaman gelombang cinta juga ikut mahal, sehingga bisa dijual kembali.
Apalagi melihat karakteristik masyarakat kita, yang selalu ingin mengikuti sesuatu yang yang sedang tend dan konsumtif. Begitu juga tanaman gelombang cinta, banyak orang yang berminat bukan hanya dari dari kelas atas atau mareka yang mempunya banyak uang, dan juga bukan dari mereka yang mempunyai hobi suka dengan tanaman, akan tetapi masyarakat dari kelas bawah juga ikut – ikutan membelinya hanya karena tanaman gelombang cinta sedang tarkenal dimasyarakat. Padahal belum tentu setelah membelinya, mereka merawat tanamannya dengan baik. Yang terpenting mereka bisa memenuhi gengsi dan mendapatkan prestise dari masyarkat. Dan mungkin ketika masyarakat sudah jenuh, maka keadaan akan kembali seperti semula. Dan hanya mereka yang mempunyai hobi akan bertahan dan permintaan pasar kembali stabil.
Dari kegiatan membeli, diharapkan mampu memenuhi kebutuhan pembelinya. Setelah seorang individu sudah mampu memenuhi kebutuhan primernya, kemudian ingin memenuhi kebutuhan sekunder lainnya merupakan hal yang lumrah. Apalagi didasari akan kemampuan berpendapatan lebih, merupakan hak setiap individu untuk memenuhi kebutuhan sekundernya. Seperti membeli tanaman gelombang cinta bagi para pecinta bunga adalah sesuatu yang biasa. Akan tetapi disebabkan anggapan dari masyarakat atau budaya dimasyarakat tentang tanaman gelombang cinta, sebagai tanaman yang langka, mempunyai makna dan tanaman yang berasal dari luar negeri. Bukan karena kebutuhan sang pembeli, akan kepuasaan yang didapat. Misalnya dengan membeli tanaman hias, bagi yang senang dengan tanaman akan puas mendapat jenis tanaman baru, atau kepuasaan estetika mendapat keindahan. Tetapi bukan seperti itu, lebih kepada prestise setiap individu dalam kepemilikan tanaman gelombang cinta. Hanya ikut – ikutan, dan adanya budaya dari masyarakat. Dengan terkenalnya tanaman gelombang cinta, juga brdampak pada penjual bunga yang semakin banyak secara dadakan.
Dengan terkenalnya tanaman gelombang cinta, juga sangat menguntungakan para pengusaha tanaman. Mereka akan mendapat keuntungan yang cukup besar dibanding sebelumnya, ketika tanaman ini belum terkenal dan mahal. Karena pada tahun sebelumnya, tanaman gelombang cinta tidak sebegitu mahal sama dengan tanaman lainnya. Tentunya keadaan ini juga banyak menguntungkan bagi komunitas pecinta tanaman, karena mereka yang sebelumnya hanya hobi merawat dan mengumpulkan tanaman gelombang cinta, juga ikut menjualnya dengan menggadakan bibit gelombang cinta semakin banyak untuk bisa dijual dengan tujuan meraih keuntungan.
Gelombang cinta dan sejenisnya menjadi primadona baru dalam budaya kita. Hal ini seakan meneguhkan bahwa bangsa ini semakin kapitalistik. Sebernanya ada kelompok kapitalis tertentu yang memang sengaja mempopulerkan tanaman gelombang cinta. Sehingga dapat mengkondisikan supaya daya beli menjadi tinggi. Pada awalnya banyak orang kapitalis yang mempunyai tanaman tersebut, sehingga muncul anggapan bagi masyarakat biasa atau yang tidak memilikinya bahwa pasti tanaman itu langka dan berkualitas. Ditambah dengan memberikan cerita baik melalui tabloid atau majalah bahwa tanaman gelombang cinta tersebut sedang dicari-cari dan mahal harganya. Ditambah dengan kesaksian orang-orang yang pernah memilki tanaman tersebut dan dibeli oleh orang lain dengan harga mahal, maka cerita ini akan makin dipercaya oleh banyak orang. Sehingga banyak orang termakan cerita ini akan ikut - ikutan membeli tanaman ini. Dengan harapan bisa dijual lagi dengan harga yang lebih mahal. Sesuai hukum Ekonomi, peningkatan permintaan ini tentu saja akan melambungkan harga tanaman ini. Ketika harga tanaman gelombang cinta sudah dirasa cukup tinggi dan permintaan pasar sudah sangat tinggi, kemudian menjual kembali agar mendapat keuntungan. Misalnya yang tadinya membeli tanaman ini dengan harga lima ratus ribu dan kemudian menjualnya dengan harga satu juta, maka keuntungan akan didapatkan. Seiring dengan banyaknya pembeli tentu juga akan memancing banyak orang untuk ikut - ikutan berbisnis tanaman ini.
Akan tetapi dalam waktu akhir – akhir ini, tanaman gelombang cinta tidak populer lagi karena tidak lagi menjadi tanaman yang dicari. Karena semakin banyak pehobi atau penjual tanaman yang membudidayakannya. Sehingga harganya yang semula tinggi, menjadi turun dan jarang orang mencari tanaman gelombang cinta. Kepopuleran yang semula sangat memepengarui daya beli dan jual masyarakat menjadi hilang. Tinggalah para korban yang tadinya membeli tanaman ingin meraih keuntungan, menjadi rugi karena daya belinya sudah turun.
Ketika suatu tindakan ekonomi, yaitu menjual dan membeli tanaman gelombang cinta muncul secara tiba – tiba, tidak akan bertahan lama karena hal tersebut adalah kebudayaan baru. Yaitu kebudayaan di masyarakat bahwa kepopuleran tanaman gelombang cinta dapat memberi keuntungan bagi pemiliknya, sehingga mempengaruhi masyarakat untuk ikut – ikutan memiliki tanaman gelombang cinta. Sebenarnya trend tanaman gelombang cinta hampir sama dengan fenomena lainnya, seperti ketika terkenalnya kepemilikan ikan lohan, bonsai, dll. Yang kepopulerannya hanya sepekan, tidak akan bertahan lama. Karena tindakan ekonomi yang berlatar belakang budaya akan berubah, ketika budaya itu juga berubah. Kebudayaan yang dibentuk masyarakat, akan berubah ketika pola pikir di masyarakat juga berubah.









.

Jumat, 12 Maret 2010

trEnd TANAMAN GEloMBANG cINTA yang mEmudar...

Sepekan yang lalu, kita pasti tidak asing dengan nama ’Gelombang Cinta’, tanaman yang terkenal dan banyak dibeli oleh masyarakat. Hampir disemua kalangan berminat dan tertarik memilikinya. Padahal jika dilihat, tidak ada sesuatu yang spesial pada tanaman tersebut. Akan tetapi daya jualnya yang tinggi, tidak mempengaruhi masyarakat untuk tidak membelinya, sebaliknya banyak yang mencari untuk memilikinya.
Nama aslinya Anthurim, Wave of Lofe Variet yang biasa disebut dengan gelombang cinta. Nama anthurium berasal dari bahasa Yunani, yang artinya bunga ekor. Berdasarkan literatur, diketahui bahwa sumber genetik anthurium berasal dari Benua Amerika yang beriklim tropis, khususnya di Peru, Kolumbia, dan Amerika Latin. Pengembangan anthurium relatif berhasil di daerah yang beriklim subtropis, antara lain Belanda.
Tanaman gelombang cinta yang terkenal mulai dari tahun 2004 ini, jika dilihat dari bentuk tanamannya sama dengan tanaman – tanaman hias lainnya. Bahkan tidak begitu menarik, hanya berdaun saja, tidak berbunga, dan tidak mempunyai manfaat yang bisa digunakan. Akan tetapi orang – orang tertarik membelinya, apabila daunnya lebih besar harganya pun akan semakin tinggi. Bahkan biji tanaman ini juga laku terjual. Padahal bentuknya kalah menarik dibanding dengan tanaman hias lain seperti, anggrek bulan, kamboja dsb. Harga tanaman gelombang cinta sangat mahal, dari tanaman yang kecil harganya enam puluh ribuan sampai tanaman yang besar bisa sampai jutaan rupiah. Padahal harga sebelumnya, yang kecil berharga lima belas ribuan dan yang besar sekitar dua ratus ribuan. Tanaman ini adalah tanaman dengan melihat keindahan daunnya. Terutama jenis tanaman Gelombang Cinta yang berbatang hitam yang punya postur tubuh tegak, besar, dan daunnya agak keras yang bernama Geombang Cinta Mawar Giant. Kemudian disusul oleh Gelombang Cinta Ukeri Batang Merah.
Ketenaran tanaman hias gelombang cinta karena seringnya terlihat kegiatan pameran yang berlangsung dikota – kota besar, sehingga banyak media yang memuat tentang tanaman hias tersebut, membuat orang yang sebelumya tidak mengenal menjadi tahu. Selain itu banyak tulisan tentang gelombang cinta di majalah trubus dan juga di majalah - majalah pertanian lainnya, sehingga banyak orang mencarinya. Ada anggapan bahwa dulunya tanaman ini hanya tenar dikalangan elit tertentu yang kemudian diperkenalkan kepada masyarakat, sebagai simbol tanaman mahal dan langka. Ada mitos, bahwa tanaman gelombang cinta dapat melanggengkan hubungan pernikahan dan menambah keuntungan bagi pemiliknya. Entah dari mana anggapan itu, yang jelas banyak orang yang mencari dan membelinya dengan harga mahal karena anggapan tanaman itu langka dan berasal dari luar negeri. Faktor utama lain adalah adanya spekulasi bagi para pembelinya, ketika tanaman semakin membesar maka harga tanaman gelombang cinta juga ikut mahal, sehingga bisa dijual kembali.
Apalagi melihat karakteristik masyarakat kita, yang selalu ingin mengikuti sesuatu yang yang sedang tend dan konsumtif. Begitu juga tanaman gelombang cinta, banyak orang yang berminat bukan hanya dari dari kelas atas atau mareka yang mempunya banyak uang, dan juga bukan dari mereka yang mempunyai hobi suka dengan tanaman, akan tetapi masyarakat dari kelas bawah juga ikut – ikutan membelinya hanya karena tanaman gelombang cinta sedang tarkenal dimasyarakat. Padahal belum tentu setelah membelinya, mereka merawat tanamannya dengan baik. Yang terpenting mereka bisa memenuhi gengsi dan mendapatkan prestise dari masyarkat. Dan mungkin ketika masyarakat sudah jenuh, maka keadaan akan kembali seperti semula. Dan hanya mereka yang mempunyai hobi akan bertahan dan permintaan pasar kembali stabil.
Dari kegiatan membeli, diharapkan mampu memenuhi kebutuhan pembelinya. Setelah seorang individu sudah mampu memenuhi kebutuhan primernya, kemudian ingin memenuhi kebutuhan sekunder lainnya merupakan hal yang lumrah. Apalagi didasari akan kemampuan berpendapatan lebih, merupakan hak setiap individu untuk memenuhi kebutuhan sekundernya. Seperti membeli tanaman gelombang cinta bagi para pecinta bunga adalah sesuatu yang biasa. Akan tetapi disebabkan anggapan dari masyarakat atau budaya dimasyarakat tentang tanaman gelombang cinta, sebagai tanaman yang langka, mempunyai makna dan tanaman yang berasal dari luar negeri. Bukan karena kebutuhan sang pembeli, akan kepuasaan yang didapat. Misalnya dengan membeli tanaman hias, bagi yang senang dengan tanaman akan puas mendapat jenis tanaman baru, atau kepuasaan estetika mendapat keindahan. Tetapi bukan seperti itu, lebih kepada prestise setiap individu dalam kepemilikan tanaman gelombang cinta. Hanya ikut – ikutan, dan adanya budaya dari masyarakat. Dengan terkenalnya tanaman gelombang cinta, juga brdampak pada penjual bunga yang semakin banyak secara dadakan.
Dengan terkenalnya tanaman gelombang cinta, juga sangat menguntungakan para pengusaha tanaman. Mereka akan mendapat keuntungan yang cukup besar dibanding sebelumnya, ketika tanaman ini belum terkenal dan mahal. Karena pada tahun sebelumnya, tanaman gelombang cinta tidak sebegitu mahal sama dengan tanaman lainnya. Tentunya keadaan ini juga banyak menguntungkan bagi komunitas pecinta tanaman, karena mereka yang sebelumnya hanya hobi merawat dan mengumpulkan tanaman gelombang cinta, juga ikut menjualnya dengan menggadakan bibit gelombang cinta semakin banyak untuk bisa dijual dengan tujuan meraih keuntungan.
Gelombang cinta dan sejenisnya menjadi primadona baru dalam budaya kita. Hal ini seakan meneguhkan bahwa bangsa ini semakin kapitalistik. Sebernanya ada kelompok kapitalis tertentu yang memang sengaja mempopulerkan tanaman gelombang cinta. Sehingga dapat mengkondisikan supaya daya beli menjadi tinggi. Pada awalnya banyak orang kapitalis yang mempunyai tanaman tersebut, sehingga muncul anggapan bagi masyarakat biasa atau yang tidak memilikinya bahwa pasti tanaman itu langka dan berkualitas. Ditambah dengan memberikan cerita baik melalui tabloid atau majalah bahwa tanaman gelombang cinta tersebut sedang dicari-cari dan mahal harganya. Ditambah dengan kesaksian orang-orang yang pernah memilki tanaman tersebut dan dibeli oleh orang lain dengan harga mahal, maka cerita ini akan makin dipercaya oleh banyak orang. Sehingga banyak orang termakan cerita ini akan ikut - ikutan membeli tanaman ini. Dengan harapan bisa dijual lagi dengan harga yang lebih mahal. Sesuai hukum Ekonomi, peningkatan permintaan ini tentu saja akan melambungkan harga tanaman ini. Ketika harga tanaman gelombang cinta sudah dirasa cukup tinggi dan permintaan pasar sudah sangat tinggi, kemudian menjual kembali agar mendapat keuntungan. Misalnya yang tadinya membeli tanaman ini dengan harga lima ratus ribu dan kemudian menjualnya dengan harga satu juta, maka keuntungan akan didapatkan. Seiring dengan banyaknya pembeli tentu juga akan memancing banyak orang untuk ikut - ikutan berbisnis tanaman ini.
Akan tetapi dalam waktu akhir – akhir ini, tanaman gelombang cinta tidak populer lagi karena tidak lagi menjadi tanaman yang dicari. Karena semakin banyak pehobi atau penjual tanaman yang membudidayakannya. Sehingga harganya yang semula tinggi, menjadi turun dan jarang orang mencari tanaman gelombang cinta. Kepopuleran yang semula sangat memepengarui daya beli dan jual masyarakat menjadi hilang. Tinggalah para korban yang tadinya membeli tanaman ingin meraih keuntungan, menjadi rugi karena daya belinya sudah turun.
Ketika suatu tindakan ekonomi, yaitu menjual dan membeli tanaman gelombang cinta muncul secara tiba – tiba, tidak akan bertahan lama karena hal tersebut adalah kebudayaan baru. Yaitu kebudayaan di masyarakat bahwa kepopuleran tanaman gelombang cinta dapat memberi keuntungan bagi pemiliknya, sehingga mempengaruhi masyarakat untuk ikut – ikutan memiliki tanaman gelombang cinta. Sebenarnya trend tanaman gelombang cinta hampir sama dengan fenomena lainnya, seperti ketika terkenalnya kepemilikan ikan lohan, bonsai, dll. Yang kepopulerannya hanya sepekan, tidak akan bertahan lama. Karena tindakan ekonomi yang berlatar belakang budaya akan berubah, ketika budaya itu juga berubah. Kebudayaan yang dibentuk masyarakat, akan berubah ketika pola pikir di masyarakat juga berubah.









.
 

Nitaa Blog Copyright 2009 Sweet Cupcake Designed by Ipiet Templates Image by Tadpole's Notez